Metoda Pemisahan
Metode pemisahan suatu senyawa merupakan metode pemisahan yang
dasarkann pada perbedaan sifat fisika dan kimia pada masing-masing komponen
suatu senyawa.
a. Filtrasi
Filtrasi, yakni proses penyingkiran padatan dari cairan, adalah
metoda pemurnian cairan dan larutan yang paling mendasar. Filtrasi tidak hanya
digunakan dalam skala kecil di laboratorium tetapi juga di skala besar di unit
pemurnian air. Kertas saring dan saringan digunakan untuk menyingkirkan padatan
dari cairan atau larutan. Dengan mengatur ukuran mesh, ukuran partike yang
disingkirkan dapat dipilih.
Biasanya filtrasi alami yang digunakan. Misalnya, sampel yang akan
disaring dituangkan ke corong yang di dasarnya ditaruh kertas saring. Fraksi
cairan melewati kertas saring dan padatan yang tinggal di atas kertas saring.
Bila sampel cairan terlalu kental, filtrasi dengan penghisapan digunakan. Alat
khusus untuk mempercepat filtrasi dengan memvakumkan penampung filtrat juga
digunakan.
Filtrasi dengan penghisapan tidak cocok bila cairannya adalah pelarut
organik mudah menguap. Dalam kasus ini tekanan harus diberikan pada permukaan
cairan atau larutan (filtrasi dengan tekanan).
b. Adsorpsi
Tidak mudah menyingkirkan partikel yang sangat sedikit dengan
filtrasi sebab partikel semacam ini akan cenderung menyumbat penyaringnya.
Dalam kasus semacam ini direkomendasikan penggunaan penyaring yang secara
selektif mengadsorbsi sejumlah kecil pengotor. Bantuan penyaring apapun akan
bisa digunakan bila saringannya berpori, hidrofob atau solvofob dan memiliki
kisi yang kaku. Celit, keramik diatom dan tanah liat teraktivasi sering
digunakan. Karbon teraktivasi memiliki luas permukaan yang besar dan dapat
mengadsorbsi banyak senyawa organik dan sering digunakan untuk menyingkirkan
zat yang berbau (dalam banyak kasus senyawa organik) dari udara atau air.
Silika gel dapat mengadsorbsi air dan digunakan meluas sebagai desikan.
Lapisan-lapisan penyaring dalam unit pengolah air terdiri atas
lapisan-lapisan material. Lapisan penyaring yang mirip untuk penggunaan
domestik sekarang dapat diperoleh secara komersial.
c. Rekristalisasi
Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah
yang panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah
dikenalkan, rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian
sebab kemudahannya (tidak perlu alat khusus) dan karena keefektifannya. Ke
depannya rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan.
Metoda ini sederhana, material padayan ini terlarut dalam pelarut
yang cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat titik didih pelarutnya) untuk
mendapatkan larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas pelahan
didinginkan, kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun
bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena
konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.
Walaupun rekristalisasi adalah metoda yang sangat sederhana, dalam
praktek, bukan berarti mudah dilakukan. Saran-saran yang bermanfaat diberikan
di bawah ini.
1. Kelarutan material yang akan dimurnikan harus
memiliki ketergantungan yang besar pada suhu. Misalnya, kebergantungan pada
suhu NaCl hampir dapat diabaikan. Jadi pemurnian NaCl dengan rekristalisasi
tidak dapat dilakukan.
2. Kristal tidak harus mengendap dari larutan
jenuh dengan pendinginan karena mungkin terbentuk super jenuh. Dalam kasus
semacam ini penambahan kristal bibit, mungkin akan efektif. Bila tidak ada
kristal bibit, menggaruk dinding mungkin akan berguna.
3. Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut
dan zat terlarut, penggunaan pelarut non-polar lebih disarankan. Namun, pelarut
non polar cenderung merupakan pelarut yang buruk untuk senyawa polar. Kita
harus hati-hati bila kita menggunakan pelarut polar. Bahkan bila tidak reaksi
antara pelarut dan zat terlarut, pembentukan kompleks antara pelarut-zat
terlarut.
4. Umumnya, pelarut dengan titik didih rendah
umumnya lebih diinginkan. Namun, sekali lagi pelarut dengan titik didih lebih
rendah biasanya non polar. Jadi, pemilihan pelarut biasanya bukan masalah
sederhana.
d. Destilasi
Distilasi adalah seni
memisahkan dan pemurnian dengan menggunakan perbedaan titik didih. Distilasi
memiliki sejarah yang panjang dan asal distilasi dapat ditemukan di zaman
kuno untuk mendapatkan ekstrak tumbuhan yang diperkirakan dapat merupakan
sumber kehidupan. Teknik distilasi ditingkatkan ketika kondenser (pendingin)
diperkenalkan. Gin dan whisky, dengan konsentrasi alkohol yang tinggi,
didapatkan dengan teknik yang disempurnakan ini.
Pemisahan campuran cairan menjadi komponen dicapai dengan distilasi
fraksional. Prinsip distilasi fraksional dapat dijelaskan dengan menggunakan
diagram titik didih-komposisi (Gambar 12. 1). Dalam gambar ini, kurva atas
menggambarkan komposisi uap pada berbagai titik didih yang dinyatakan di
ordinat, kurva bawahnya menyatakan komposisi cairan. Bila cairan dengan
komposisi l2 dipanaskan, cairan akan mendidih pada b1. Komposisi uap yang ada
dalam kesetimbangan dengan cairan pada suhu b1 adalah v1. Uap ini akan
mengembun bila didinginkan pada bagian lebih atas di kolom distilasi (Gambar
12.2), dan embunnya mengalir ke bawah kolom ke bagian yang lebih panas. Bagian
ini akan mendidih lagi pada suhu b2 menghasilkan uap dengan komposisi v2. Uap
ini akan mengembun menghasilkan cairan dengan komposisi l3.
Jadi, dengan mengulang-ulang proses penguapan-pengembunan, komposisi
uap betrubah dari v1 ke v2 dan akhirnya ke v3 untuk mendapatkan konsentrasi
komponen A yang lebih mudah menguap dengan konsentrasi yang tinggi.
Diagram titik didih- komposisi larutan ideal
campuran cauran A dan B
Komposisi cairan berubah dari l1 menjadi l2 dan akhirnya l3. Pada
setiap tahap konsentrasi komponen B yang kurang mudah menguap lebih tinggi
daripada di fasa uapnya.
Bila dibandingkan dengan komposisi cairan, konsentrasi toluen di fasa
uap lebih besar menunjukkan bahwa adanya pengaruh distilasi fraksional.
Kolom distilasi yang panjang dari alat distilasi digunakan di
laboratorium (Gambar 1.) memberikan luas permukaan yang besar agar uap yang berjalan
naik dan cairan yang turun dapat bersentuhan. Di puncak kolom, termometer
digunakan untuk mengukur suhu fraksi pertama yang kaya dengan komponen yang
lebih mudah menguap A. Dengan berjalannya distilasi, skala termometer meningkat
menunjukkan bahwa komponen B yang kurang mudah menguap juga ikut terbawa. Wadah
penerima harus diubah pada selang waktu tertentu. Bila perbedaan titik didih A
dan B kecil, distilasi fraksional harus diulang-ulang untuk mendapatkan
pemisahan yang lebih baik. Produksi minyak bumi tidak lain adalah distilasi fraksional
yang berlangsung dalam skala sangat besar.
Perangkat Destilasi Fraksinasi
a. Ekstrasi
Ekstraksi adalah teknik yang sering digunakan bila senyawa organik
(sebagian besar hidrofob) dilarutkan atau didispersikan dalam air. Pelarut yang
tepat (cukup untuk melarutkan senyawa organik; seharusnya tidak hidrofob)
ditambahkan pada fasa larutan dalam airnya, campuran kemudian diaduk dengan
baik sehingga senyawa organik diekstraksi dengan baik. Lapisan organik dan air
akan dapat dipisahkan dengan corong pisah, dan senyawa organik dapat diambil
ulang dari lapisan organik dengan menyingkirkan pelarutnya. Pelarut yang paling
sering digunakan adalah dietil eter C2H5OC2H5, yang memiliki titik didih rendah (sehingga
mudah disingkirkan) dan dapat melarutkan berbagai senyawa organik.
Ekstraksi bermanfaat untuk memisahkan campuran senyawa dengan
berbagai sifat kimia yang berbeda. Contoh yang baik adalah campuran fenol C6H5OH,
anilin C6H5NH2 dan
toluene C6H5CH3,
yang semuanya larut dalam dietil eter. Pertama anilin diekstraksi dengan asam
encer. Kemudian fenol diekstraksi dengan basa encer. Toluen dapat dipisahkan
dengan menguapkan pelarutnya. Asam yang digunakan untuk mengekstrak anilin
ditambahi basa untuk mendaptkan kembali anilinnya, dan alkali yang digunakan
mengekstrak fenol diasamkan untuk mendapatkan kembali fenolnya.
Bila senyawa organik tidak larut sama sekali dalam air, pemisahannya
akan lengkap. Namun, nyatanya, banyak senyawa organik, khususnya asam dan basa
organik dalam derajat tertentu larut juga dalam air. Hal ini merupakan masalah
dalam ekstraksi. Untuk memperkecil kehilangan yang disebabkan gejala pelarutan
ini, disarankan untuk dilakukan ekstraksi berulang. Anggap anda diizinkan untuk
menggunakan sejumlah tertentu pelarut. Daripada anda menggunakan keseluruhan
pelarut itu untuk satu kali ekstraksi, lebih baik Anda menggunakan
sebagian-sebagian pelarut untuk beberapa kali ekstraksi. Kemudian akhirnya
menggabungkan bagian-bagian pelarut tadi. Dengan cara ini senyawa akan
terekstraksi dengan lebih baik. Alasannya dapat diberikan di bawah ini dengan
menggunakan hukum partisi.
Perhatikan senyawa organik yang larut baik dalam air dan dalam dietil
eter ditambahkan pada campuran dua pelarut yang tak saling campur ini. Rasio
senyawa organik yang larut dalam masingmasing pelarut adalah konstan. Jadi,
ceter dan cair adalah konsentrasi zat terlarut dalam dietil eter dan di air. k
adalah sejenis konstanta kesetimbangan dan disebut koefisien partisi. Nilai k
bergantung pada suhu.
infonya sangat berguna sekali
ReplyDeleteAir Minum Kemasan Yang Aman