Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat
serta aktivitas lainnya, maka bertambah pula limbah yang dihasilkan. Limbah
tersebut menjadi permasalahan lingkungan karena tingkat bahayanya mengganggu
kehidupan makhluk hidup lainnya, selain itu aktifitas industri yang kian
meningkat tidak terlepas dari isu lingkungan. Industri selain menghasilkan
produk juga menghasilkan limbah, salah satu limbah yang sering kita temui dalam
kehidupan sehari-hari adalah limbah plastik.
Meningkatnya permintaan terhadap plastik disebabkan karena plastik
memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan bahan lainnnya. Barang berbahan
baku plastik umumnya lebih ringan, bersifat isolator, dan proses pembuatanya
lebih murah. Namun dibalik kelebihanya, bahan plastik memiliki masalah setelah
barang tersebut tidak lagi digunakan. Bahan plastik tersebut tidak dapat
membusuk ataupun berkarat dan akhirnya tidak dapat diuraikan/ didegradasi dalam
tanah sehingga menimbulkan masalah bagi lingkungan. Oleh karena itu, perlu
adanya penelitian untuk menangani hal
tersebut.
Pemanfaatan
limbah plastik sekarang ini sudah banyak ditemui, baik didaur ulang kembali
ataupun dimanfaatkan untuk kebutuhan lainya. Salah
satu pemanfaatan limbah plastik yang bisa dilakukan adalah dengan mengolah
untuk kepentingan sektor energi yaitu dengan dimanfaatkan menjadi bahan bakar
minyak baik premium, solar ataupun minyak tanah. Hal ini bisa memberikan solusi
terhadap krisis energi bahan bakar fosil yang semakin menipis akibat dari
eksploitasi secara terus menurus, selain itu juga dapat mengurangi dampak
pencemaran lingkungan.
1)
Bahan bakar alternatif
Pada saat ini, bahan bakar yang biasa
kita gunakan umumnya berasal dari bahan bakar fosil baik dari batu bara maupun
minyak bumi, seperti yang kita ketahui bahwa bahan baku ini memiliki
keterbatasan jumlahnya, sehingga akan menipis akibat ekploitasi yang berlebihan.
Maka dari itu telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari solusi guna
mendapatkan bahan bakar alternatif. Disamping itu juga, penelitian yang
dilakukan ditinjau dari beberapa aspek diantaranya adalah mencari bahan bakar
yang lebih ekonomis, ramah lingkungan, bahan baku yang melimpah/ dapat
diperbaharui diantaranya adalah biofuel, biodiesel, energi yang dihasilkan dari
panas surya, geothermal, bahkan angin.
Selain itu juga banyak penelitian yang
memanfaatkan limbah sebagai bahan baku misalnya adalah pemanfaatan limbah
sayuran sebagai bahan baku pembuatan bioetanol, biodiesel dari minyak goreng
bekas bahkan pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan baku pengganti bensin.
Berbeda halnya dengan limbah organik,
keberadaan plastik dalam tanah tidak dapat diuraikan secara alami sehingga
menimbulkan ancaman yang serius terhadap lingkungan. Pengolahan limbah plastik
sebagai bahan baku pengganti bensin dianggap sebagai salah satu solusi untuk
mengurangi pencemaran lingkungan. Plastik sudah dianggap sebagai bahan pokok
kebutuhan rumah tangga ataupun domestik sehingga keberadaan limbah plastik ini
semakin meningkat.
Pengolahan
plastik sebagai salah satu pengembangan dari ilmu pengetahuan memberikan
manfaat positif untuk mengatasi masalah lingkungan, meningkatkan taraf hidup
orang banyak, juga menjadi tawaran solusi mencari energi alternatif. Konversi
yang dihasilkan dari proses ini mencapai 60% bahkan lebih tergantung dari bahan
plastik yang digunakan ddan atau dengan penambahan zat kimia lain.
2)
Plastik
Plastik merupakan produk polimer
sintetik atau semi sintetik yang terbentuk dari kondensasi organik atau senyawa
polimer dan bisa juga dari zat lain dengan tujuan untuk meningkatkan performa
dan ekonomis. Senyawa polimer ini tersusun dari monomer-monomer rantai karbon
pendek baik hopolimer ataupun kopolimer, sedangkan menurut jenisnya plastik
dapat dibedakan menjadi dua macam diantaranya adalah :
a.
Thermoset,
yaitu jenis plastik yang memiliki karakteristik keras, durable, mempertahankan
bentuknya dan tidak dapat berubah/ diubah kembali kedalam bentuk aslinya contohnya
adalah polyurethanes, polyester, epoxy resins dan phenolic
resin.
b.
Thermoplastic,
yaitu jenis plastic yang memiliki karakteristik yaitu dapat kembali ke bentuk
aslinya melalui pemanasan, mudah diolah dan dibentuk seperti dibentuk menjadi
Film, fiber, kemasan (packaging). Contoh material thermoplastik ialah: Polyethylene (PE), Polyprophylene (PP), dan polyvinyl
chloride (PVC). Jenis plastik inilah
yang biasa diolah menjadi bahan bakar.
Secara umum plastik dapat digolongkan
menjadi dua berdasarkan jenis reaksinya, yaitu plastik (polimer) kondensasi dan
polimer adisi (poliolefin misalnya polietilen, polipropilen, polistyrene).
Polimer kondensasi diantaranya adalah poliamid, poliester, dan nilon dapat
didepolimerisasi (diurai) lewat jalur sintesis balik sehingga menghasilkan
kembali monomer diasam, diol, atau diamid. Proses tersebut yang boleh dikatakan
dapat menghasilkan monomer dengan yield sangat tinggi melibatkan reaksi kimia
yang disebut alkoholisis (penguraian alkohol), glikolisis (penguraian glikol),
dan hidrolisis (penguraian oleh air). Sebaliknya, teknik depolimerisasi serupa
tidak dapat diterapkan secara langsung pada jenis polimer adisi sehingga
membutuhkan tindakan aktivasi.
3)
Proses pengolahan limbah plastik.
Proses pengolahan limbah plastic menjadi
bahan bakar meliputi beberapa proses, diantaranya :
1.
Pirolisis
adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau reagen kimia lainya dimana material mentah akan mengalami
pemecahan stuktur kimia menjadi fase gas. Teknik seperti ini mampu menghasilkan
gas pembakaran yang berguna dan aman bagi lingkungan Proses pirolisis ini akan
memecah hidrokarbon rantai karbon panjang dari polimer plastik menjadi rantai
hidrokarbon berantai pendek, selanjutnya molekul-molekul ini didinginkan
menjadi fase cair.
2.
Proses
hydrotreating/hidrocracking yaitu proses penyulingan yang memisahkan
unsur-unsur yang dihasilkan pada proses pirolisis. Proses ini bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan senyawa aromatic dan senyawa polar
3.
Proses
hidro-isomerisasi, pada proses ini digunakan katalis yang berfungsi menjadikan
molekul-molekul isomer mempunyai viskositas yang tinggi.
Selain bisa digunakan sebagai bahan baku
pengganti bensin (gasolin) plastik yang diproses bisa juga dibentuk menjadi
bahan bakar pengganti minyak tanah (kerosin) dan bahan bakar diesel (solar)
dengan destilasi ulang yang mengacu pada titik uap dari produk yang dihasilkan
ataupun dengan menambah proses dan bahan yang digunakan. Bensin merupakan
hidrokarbon berantai pendek antara C4-C10 yang biasa digunakan untuk bahan
bakar kendaraan bermotor bisa juga digunakan sebagai pelarut organik. Sedangkan
minyak tanah merupakan rantai mempunyai rantai hidrokarbon antara C11-C15 dan
solar mempunyai panjang hidrokarbon antara C16-C20.
Untuk mengetahui kualitas dari bahan
bakar yang dihasilkan ini, perlu dilakukan pengujian lanjutan dalam menentuka
sifat fisik ataupun kimianya diantarnya adalah densitas, specific gravity, viskositas, titik nyala, titik tuang, angka oktan
dll. Pengujian sifat fisik dan kimia ini mengacu pada pengujian yang
dikeluarkan oleh American Society for
Testing and Material (ASTM). Di Indonesia sendiri terdapat berbagai jenis
bensin, yang memiliki angka oktan yang berbeda-beda. Angka oktan merupakan
ukuran dari kemampuan bahan bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar
dalam mesin. Angka ini menunjukan mutu bakar dari bensin, semakin tinggi angka
oktanya maka semakin bagus pula kualitas dari pembakaran bensin tersebut.
Pirolisis limbah
plastik sebagai salah satu solusi yang menguntungkan dan lebih ramah
lingkungan, dibandingkan dengan melakukan proses pembakaran sampah plastik yang
tentunya sangat berdampak negatif bagi kesehatan dan mengakibatkan pencemaran
lingkungan selain itu proses ini juga dianggap sebagai suatu solusi yang lebih
ekonomis. Disamping itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui jumlah
konversi, kandungan kimia hasil konversi, sifat fisik dan kimia darikonversi
yang dihasilkan. Pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar cair ini
merupaka salah satu solusi, terdapat beberapa solusi lain yang dapat
dikembangkan dalam penerapan pada sector energi. Oleh karena itu pengembangan
ilmu pengetahuan sangatlah penting.